Ilmuwan baru-baru ini memetakan
genetik dari hewan simpanse kerdil, bonobo untuk mengungkap nenek
moyang manusia. Para peneliti mengumpulkan gen secara lengkap dari kera
Afrika tersebut yang dikatakan merupakan salah satu kerabat manusia
terdekat.
Dilansir LAtimes Science, hasil penelitian mereka diterbitkan dalam jurnal Nature yang menandai tonggak sejarah penelitian. Peneliti menambahkan gen bonobo ke dalam urutan hewan primata, simpanse, gorila dan orangutan yang memberi para ilmuwan katalog DNA lengkap dari semua jenis kera berukuran besar.
Ilmuwan mengatakan, bahwa dengan mengurutkan atau memetakan DNA secara lengkap tersebut, akan dapat membantu peneliti memahami bagaimana manusia berevolusi. "Ada satu nenek moyang kita (manusia) dan berasal dari kera ini. Kami ingin tahu seperti apa nenek moyang tersebut," ujar ahli genetika, Wes Warren di Washington University, St. Louis.
Ilmuwan yang terlibat dalam penelitian itu mengatakan, dengan menambahkan gen bonobo terhadap campuran (DNA), pihaknya akan memiliki ide yang lebih baik. Peneliti dari Max Planck Institute di Leipzig Jerman, Kay Pruefer mengatakan, dengan semua urutan kera besar yang lengkap, para ilmuwan lebih dapat menggunakan genetika untuk membantu menentukan apakah suatu sifat tertentu dipotong pertama kalinya pada manusia.
Pruefer merupakan penulis pertama dari studi genetik bonobo. Ia bekerja dengan tim internasional untuk urutan DNA Ulindi, salah satu bonobo betina yang tinggal di kebun binatang Leipzig. Hasil penelitian yang dilakukan Pruefer mengungkapkan rincian baru tentang sejarah awal bonobo
Membandingkan gen Ulindi dan bonobo lainnya dengan simpanse dari wilayah yang berbeda di Afrika, Pruefer dan timnya menemukan bahwa bonobo memiliki jumlah DNA yang serupa dengan semua hewan primata. Ini menandakan bahwa split atau pemecahan antara simpanse dan bonobo itu berlangsung cepat dan lengkap.
Dilansir LAtimes Science, ilmuwan mengatakan, breeding (pembiakan) antara manusia purba dan Neanderthal (subspesies manusia, "homo sapiens eanderthalensis") misalnya, merupakan bukti dalam DNA orang yang hidup hari ini. Perpecahan (DNA) itu kemungkinan dihasilkan dari pembentukan Congo River yang membagi wilayah leluhur spesies.
Dalam laporannya, peneliti mengungkapkan bahwa DNA nenek moyang manusia telah terpisah dari bonobo dan simpanse sekira 4,5 juta tahun lalu. Memeriksa DNA Ulindi bersama gen manusia, tim menghitung bahwa sekira 3 persen dari gen manusia memiliki hubungan lebih erat dengan bonobo atau simpanse ketimbang hewan lainnya.
Hal tersebut diklaim peneliti sebagai sesuatu yang mengejutkan, pasalnya, kata Pruefer, karena studi sebelumnya tentang gen bonobo itu menyarankan bahwa hanya sekira satu persen DNA manusia yang serupa dengan DNA kera.
Namun untuk saat ini, Pruefer mengatakan, masih belum jelas apa perbedaan genetik antara manusia, simpanse dan bonobo terkait dengan hubungannya dengan sifat manusia. "Gen adalah sumber daya untuk studi lebih lanjut. Anda harus beranjak dan menguji gen," pungkasnya.
Ilmuwan dalam waktu dekat kabarnya akan segera memulai pengujian gen tersebut.
Dilansir LAtimes Science, hasil penelitian mereka diterbitkan dalam jurnal Nature yang menandai tonggak sejarah penelitian. Peneliti menambahkan gen bonobo ke dalam urutan hewan primata, simpanse, gorila dan orangutan yang memberi para ilmuwan katalog DNA lengkap dari semua jenis kera berukuran besar.
Ilmuwan mengatakan, bahwa dengan mengurutkan atau memetakan DNA secara lengkap tersebut, akan dapat membantu peneliti memahami bagaimana manusia berevolusi. "Ada satu nenek moyang kita (manusia) dan berasal dari kera ini. Kami ingin tahu seperti apa nenek moyang tersebut," ujar ahli genetika, Wes Warren di Washington University, St. Louis.
Ilmuwan yang terlibat dalam penelitian itu mengatakan, dengan menambahkan gen bonobo terhadap campuran (DNA), pihaknya akan memiliki ide yang lebih baik. Peneliti dari Max Planck Institute di Leipzig Jerman, Kay Pruefer mengatakan, dengan semua urutan kera besar yang lengkap, para ilmuwan lebih dapat menggunakan genetika untuk membantu menentukan apakah suatu sifat tertentu dipotong pertama kalinya pada manusia.
Pruefer merupakan penulis pertama dari studi genetik bonobo. Ia bekerja dengan tim internasional untuk urutan DNA Ulindi, salah satu bonobo betina yang tinggal di kebun binatang Leipzig. Hasil penelitian yang dilakukan Pruefer mengungkapkan rincian baru tentang sejarah awal bonobo
Membandingkan gen Ulindi dan bonobo lainnya dengan simpanse dari wilayah yang berbeda di Afrika, Pruefer dan timnya menemukan bahwa bonobo memiliki jumlah DNA yang serupa dengan semua hewan primata. Ini menandakan bahwa split atau pemecahan antara simpanse dan bonobo itu berlangsung cepat dan lengkap.
Dilansir LAtimes Science, ilmuwan mengatakan, breeding (pembiakan) antara manusia purba dan Neanderthal (subspesies manusia, "homo sapiens eanderthalensis") misalnya, merupakan bukti dalam DNA orang yang hidup hari ini. Perpecahan (DNA) itu kemungkinan dihasilkan dari pembentukan Congo River yang membagi wilayah leluhur spesies.
Dalam laporannya, peneliti mengungkapkan bahwa DNA nenek moyang manusia telah terpisah dari bonobo dan simpanse sekira 4,5 juta tahun lalu. Memeriksa DNA Ulindi bersama gen manusia, tim menghitung bahwa sekira 3 persen dari gen manusia memiliki hubungan lebih erat dengan bonobo atau simpanse ketimbang hewan lainnya.
Hal tersebut diklaim peneliti sebagai sesuatu yang mengejutkan, pasalnya, kata Pruefer, karena studi sebelumnya tentang gen bonobo itu menyarankan bahwa hanya sekira satu persen DNA manusia yang serupa dengan DNA kera.
Namun untuk saat ini, Pruefer mengatakan, masih belum jelas apa perbedaan genetik antara manusia, simpanse dan bonobo terkait dengan hubungannya dengan sifat manusia. "Gen adalah sumber daya untuk studi lebih lanjut. Anda harus beranjak dan menguji gen," pungkasnya.
Ilmuwan dalam waktu dekat kabarnya akan segera memulai pengujian gen tersebut.
0 komentar
Posting Komentar