Kesadaran konsumen tentang pentingnya pengelolaan sampah membuat produk jenis ini laris di pasaran. Di tangan Pimpi Syarley Naomi dan Rangga Kusmalendra, kotak susu bekas berubah menjadi karya cantik yang dengan cepat bisa ludes terjual. Bahan baku kotak susu gampang didapat dan murah sehingga memudahkan pasangan ini untuk berkreasi menciptakan beragam bentuk kerajinan tangan.
Awalnya, Pimpi iseng membuat kotak mungil dari bahan baku kotak susu. Kebetulan keluarganya pengonsumsi susu. Seiring makin tingginya permintaan, mereka lantas bekerja sama dengan beberapa kafe—termasuk Starbucks—untuk ”memulung” kotak susu dari keranjang sampahnya.
”Daripada dibuang, kami berusaha membuat dan mengembangkan kotak susu menjadi produk kerajinan yang cantik dan tahan lama,” kata Pimpi yang menamai produk kerajinannya dengan label Sawo Kecik.
Belakangan, sebagian pelanggan Sawo Kecik mulai menyumbangkan sampah kotak susu. Hanya kotak susu dengan bagian dalam berwarna putih yang digunakan oleh Pimpi dan Rangga sebagai bahan baku kerajinan. Bahan baku kotak susu memiliki keunggulan karena tahan air, kuat, dan mudah dibentuk. Jika terkena air, produk kerajinan kotak susu ini tidak akan melengkung.
Sejak tiga tahun lalu, Pimpi mulai memproduksi aneka kerajinan tangan dari beragam bahan baku untuk dijual secara online. Sawo Kecik pun berkembang dari awalnya sekadar produk kotak koin mungil yang dilapisi kain menjadi penutup komputer mungil alias notebook, tempat paspor hingga dompet.
Untuk sebuah dompet yang dijual dengan harga lebih dari Rp 100.000 per buah, Pimpi hanya melipat sesuai lekukan kotak susu lalu menyatukannya dengan lem kayu. Produksi satu dompet ini membutuhkan bahan baku tiga kotak susu.
Penampilan dompet lalu dipercantik dengan lapisan dari kain katun. Seluruh produk kerajinan kotak susu ditempeli label Sawo Kecik dan dilengkapi informasi tentang jumlah bahan baku kotak susu yang digunakan untuk membuat produk tersebut.
Setiap hari, pasangan muda ini membuat seluruh produk Sawo Kecik dengan ditemani seorang karyawan di rumah mereka di Bekasi. Pimpi bahkan sampai rela melepas pekerjaannya di sebuah rumah produksi demi menekuni kerajinan kotak susu.
Hari panen
Sebagai perintis ide membuat kerajinan tangan dari kotak susu, Pimpi dan Rangga sering berbagi pengalaman dengan orang lain dengan menggelar workshop di Jakarta. Pada Sabtu (9/2) dan Minggu (10/2), misalnya, mereka menggelar pelatihan membuat kotak susu bekas di Craft Day Tjikini. Mayoritas peserta adalah kaum perempuan yang ingin berkarya untuk memanfaatkan waktu luang.
Ajang pelatihan semacam ini juga digunakan oleh Pimpi untuk memamerkan sekaligus menjual produk Sawo Kecik. Seluruh foto produk Sawo Kecik yang siap jual biasanya ditampilkan secara online setiap dua pekan sekali yang diberi istilah sebagai hari panen.
Gelaran produk Sawo Kecik di hari panen ini biasanya sudah ditunggu oleh para konsumen. Pimpi hanya menerima pesanan khusus pembuatan produk minimal sepuluh buah. ”Ini sudah punya orang semua, dan tinggal dikirim,” kata Pimpi menunjukkan tumpukan aneka produk Sawo Kecik.
Saking larisnya, beberapa konsumen mengeluh karena tidak kebagian produk Sawo Kecik di hari panen. Saat ini, konsumen Sawo Kecik telah tersebar ke semua provinsi di Nusantara dan sebagian produknya sudah pernah dipesan oleh pembeli dari luar negeri.
Sama seperti pohon sawo kecik yang dipercaya bisa menumbuhkan kebaikan, Pimpi berharap produk Sawo Kecik bisa bermanfaat bagi sesama. ”Setidaknya kami berupaya mendaur ulang sampah menjadi produk yang berguna,” ujarnya.
Batok kelapa
Perajin lain mengolah limbah batok kelapa menjadi barang kerajinan yang indah. Pemilik kerajinan tangan Larizo Craft Yogyakarta, Abdul Azis Muslim dan istrinya, Selfi Yuliati, sejak tahun 1998 telah memasarkan aneka produk kerajinan tangan antara lain dari produk dari sampah batok kelapa.
Bekerja sama dengan perajin di Bali dan Yogyakarta, Abdul memanfaatkan batok kelapa yang awalnya hanya menjadi kayu bakar. Batok kelapa itu selanjutnya diubah menjadi lebih dari 12 produk kerajinan tangan, seperti ikat pinggang, gelang, hingga tas cantik.
Pasar Larizo Craft juga telah menjangkau seluruh Indonesia. Selain membuka kantor pemasaran di Kampung Cokrodirjan, Yogyakarta, Abdul juga memanfaatkan internet untuk berjualan secara online.
”Bahan baku limbah sangat murah. Tinggi rendahnya nilai jual tergantung dari kreativitas perajin,” kata Abdul.
0 komentar
Posting Komentar