Selasa, 10 Juli 2012

'Ingin Dekat dengan Malaikat? Jauhi Rokok!'

'Ingin Dekat dengan Malaikat? Jauhi Rokok!'

Menjadi Muslim tak hanya dituntut untuk memburu pahala dengan mengerjakan yang wajib dan menjauhi dosa dengan meninggalkan yang haram. Justru, di luar hal-hal yang halal dan haram itu, Muslim ternyata harus berhati-hati.

Bahasan itulah yang mewarnai ulasan materi yang disampaikan ulama asal Australia, Tawfique Chowdhury, di Indonesian Banking School, Kebayoran Baru (28-29/4). Tawfique mengatakan, sejumlah perilaku turut menentukan dekat tidaknya seseorang dengan keselamatan. Salah satu perilaku itu adalah merokok.

“Malaikat jauh dari orang-orang yang merokok. Mereka enggan memasuki rumah di mana ada asap rokok di dalamnya,” ujar CEO Mercy Mission dan pendiri Al Kauthar Institute itu. Ia menekankan agar Muslim memperhatikan hal-hal yang membawa mudharat, baik bagi dirinya maupun bagi orang di sekelilingnya.

“Setiap saat, ada jutaan malaikat di sekitar kita,” katanya. Selain dua malaikat pengawas dan pencatat amal, ada malaikat-malaikat lain yang melindungi manusia. “Keberadaan mereka bagi kita sangat dipengaruhi oleh perilaku kita. Dan merokok adalah salah satu hal yang menjauhkan malaikat dari kita.”

Selain itu, Tawfique juga mengingatkan pentingnya amalan wajib bernama shalat. Peristiwa Isra’ dan Mikhraj, katanya, menunjukkan betapa pentingnya ibadah wajib tersebut. “Shalat adalah esensi dari hubungan Muslim dengan Allah,” ujarnya.

Lebih dari itu, menurut Tawfique, shalat menentukan ‘kesahihan’ Islam seseorang. “Jika seseorang mengaku beragama Islam namun tidak shalat, maka ia bukan Muslim. Jika Anda menikah dengan seorang pria atau wanita dan di kemudian hari ia tidak menunaikan shalat lima waktu, maka sesungguhnya kontrak pernikahan telah batal,” tegasnya.

Shalat, tambahnya, merupakan bentuk penyerahan diri seorang hamba kepada Allah. Ia adalah cara untuk mendekatkan diri. “Untuk bisa dekat, kita perlu kenal. Dan kita akan mengenal Allah jika kita mengenal diri kita, menyadari apa kelemahan dan makna kita di hadapan-Nya. Kita harus tahu bahwa kita bukanlah apa-apa di hadapan Allah.”

Kegiatan yang sekaligus menjadi kursus perdana Al-Kauthar Institute di Indonesia itu diikuti oleh sedikitnya 40 orang, termasuk beberapa orang dari Al-Kauthar Institute Malaysia. Kursus bertema “Mercy to the World: Seerah: Makkan Period” yang digelar seharian penuh (pukul 9.30 – 19.30 WIB) itu mengulas tentang sejarah hidup Nabi Muhammad saw di Makkah al Mukarromah.

source

0 komentar