Kamis, 13 September 2012

ARTI NAMA BULAN PADA PENANGGALAN MASEHI

Tahun masehi, ternyata asal mulanya cuma berisi sepuluh bulan. Penghitungan tahun ini diawali dari masa kelahiran Isa Almasih. Bangsa Barat mengenal tahun masehi ini dengan sebutan roman year, atau tahun romawi. Hingga saat ini, penanggalan tahun masehi ini dijadikan standar universal untuk menentukan waktu.

Selain penanggalan masehi, sebenarnya di dunia ini banyak sekali penanggalan yang dikenal oleh komunitas-komunitas tertentu. Masyarakat Islam mengenal adanya penanggalan hijriyah yang dihitung berdasar tahun kepindahan (hijrah) Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah.

Masyarakat Hindhu juga punya penanggalan tahun saka yang dihitung mulai tahun 78 masehi. Penghitungannya menggabungkan peredaran matahari dan bulan. Tahun ini dihitung mulai dari hadirnya era Caka (saka) di India. Hari Raya Nyepi yang dirayakan umat Hindhu, sebenarnya adalah memperingati tahun baru saka.

Warga Cina juga punya tahun sendiri yang tiap pergantiannya dirayakan sebagai tahun baru imlek. Kata imlek berasal dari dialek hokian, im yang berarti penanggalan dan lek yang berarti bulan. Penanggalan Cina juga berisi 12 bulan, serta penamaan tiap tahun diambil dari nama-nama dan sifat binatang. Di tahun 2012, penanggalan Cina sudah berusia 2563 tahun.

Masih banyak lagi penanggalan lain yang dikenal di dunia ini. Karena masing-masing penanggalan punya hitungan tersendiri, maka dunia ini memerlukan penanggalan bersama. Masa kejayaan Romawi yang berpengaruh sangat kuat menjadikan kalender Masehi kemudian didorong untuk bisa diterima seluruh masyarakat dunia.

Asal mulanya, penanggalan masehi ini diawali dari bukan Maret. Nama Maret diambil dari dewa perang bangsa Romawi yang bernama Ares. Dari kata Ares ini kemudian berubah jadi Mars, dan lama-lama jadi March. Dalam bahasa Indonesia lalu menjadi Maret. Cuma, waktu itu, nomor tahunnya belum dicantumkan. Masyarakat baru mengenal pergantian bulan.

Mulai tahun 700 sebelum masehi, penanggalan ini menjadi 12 bulan. Dua nama bulan yang ditambahkan adalah Januari dan Februai. Sejak saat itu pergantian tahun diawali pada bulan Januari. Nama Januari diambil dari nama dewa penjaga pintu Romawi bernama Janus. Sedang nama Februari diadopsi dari nama hari penyucian bangsa Romawi yang bernama Februa.

Sebelum diberi nomor tahun, jumlah hari dalam setiap bulan penanggalan ini berbeda-beda. Ada bulan yang berisi 23 hari, 24, hari, ada juga yang berisi 25 hari. Pada tahun 46 sebelum masehi, Julius Caesar mengubah jumlah hari dalam setiap bulan menjadi 29 dan 30 hari. 

Dalam penanggalan hasil ‘gubahan’ Julis Caesar ini, seperti ditulis crawl.org, muncul nama bulan Juli untuk menggantikan nama yang dipakai sebelumnya pada bulan setelah Juni, yakni Quintilis. Nama Juli ini diambil dari nama Julius Caesar. Sedangkan nama Juni berasal dari nama perempuan baik simbol bangsa Romawi bernama Juno.

Kemudian nama Agustus muncul pada masa Augustus Caesar yang menyempurnakan sistem penanggalan ini setelah Julius Caesar. Sebelum disempurnakan, bulan Agustus ini dinamai Sextilis, yang berarti bulan keenam. Tapi kemudian karena urutannya berubah setelah ada dua bulan baru (Januari-Februari), namanya diubah jadi Agustus. Selanjutnya nama-nama setelah bulan Agustus ditentukan sendiri oleh Augustus Caesar.

Dua nama bulan lain yang ditetapkan berdasar dewa-dewa bangsa Romawi adalah April dan Mei. Nama April berasal dari nama dewa cinta dan kecantikan bernama Aprilis. Sedangkan mana Mei diambil dari nama dewa simbol kebesaran bernama Maia. Begitulah makna di balik nama-nama bulan dalam penanggalan masehi ini.


source

0 komentar