Minggu, 14 Oktober 2012

Waspadai Formalin pada Pencuci Piring

detail berita

SENYAWA formalin ditengarai masih banyak digunakan dalam produk rumah tangga, terutama pada cairan pencuci piring. Padahal, dampak buruk kesehatannya sudah banyak didengungkan.  

Senyawa formalin adalah nama dagang larutan formaldehida dalam air dengan kadar 36%–40%. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet.

Larutan kimia ini tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Formalin adalah teknologi yang diperuntukkan dan dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Meski berguna sebagai bahan pengawet, formalin ditetapkan sebagai 10 bahan tambahan yang dilarang pemakaiannya.

Hal ini lantaran residu yang ditinggalkan cairan ini akan membahayakan tubuh manusia. Sayangnya, penggunaan formalin masih banyak dijumpai pada produk rumah tangga, seperti cairan pencuci piring, pelembut cucian, perawat sepatu, pembersih karpet, dan bahan adesif.
 
”Formalin masih banyak yang pakai karena harganya murah. Selain itu, proses pengaplikasiannya sangat sederhana, tidak menggunakan satu peralatan khusus dan kualitasnya juga baik,” kata Zainal Ali Mas’ud DEA, Kepala Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor (IPB), saat acara peluncuran B29 Dishwash Formalin Free di Ratu Plaza, Jakarta, beberapa waktu lalu.
 
Menurut Zainal, pelarangan formalin ditasbihkan melalui Peraturan Menteri (Permen) Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1168/1999. Diperkirakan, hampir semua produk cairan pencuci piring (dishwashliquid) menggunakan bahan pengawet untuk mengikatkan zat aktif di dalam produk tersebut. Ini dilakukan untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan bahan pencuci piring tersebut terdegradasi atau rusak. Padahal,apabila pembilasan tidak sempurna, formalin akan tertinggal pada peralatan masak dan makan. Formalin juga akan segera bereaksi bila terkena suhu hingga 60 derajat Celsius. Pada suhu tersebut, formalin akan larut dan mudah berpindah media hingga masuk ke dalam tubuh manusia.

Dia menjelaskan, formalin adalah zat reaktif yang dapat menghentikan cara kerja enzim sehingga proses pencernaan dalam tubuh akan kaku dan otomatis terganggu. ”Kalau sistem pencernaan kaku, maka sudah pasti tidak akan bisa bekerja dan mencerna,” tutur Zainal.
 
Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI ) pernah meneliti jika formalin memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi protein,termasuk protein yang terdapat dalam tubuh manusia, seperti pada daerah lambung.

Formalin yang terserap tubuh dalam kadar rendah bisa menyebabkan pusing dan mual, lalu iritasi. Iritasi bisa menghantam kulit, mata, dan hidung. Pada organ bagian dalam, formalin juga akan mengganggu sistem kerja hati, kerusakan saraf, ginjal, paruparu, dan organ reproduksi. ”Sedangkan dalam jangka panjang jika terpapar formalin dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kanker dan rusaknya organ dalam tubuh,” ujar Zainal.

Zainal mengatakan, pemerintah sampai saat ini masih belum menetapkan ambang batas penggunaan formalin. Namun, American Conference of Govermental and Industrial Hygienists (ACGIH) menetapkan ambang batas formaldehida adalah 0,4 ppm. Sementara, International Proggrame on Chemical Safety (IPCS) menyebutkan, batas toleransi formalin yang dapat diterima oleh tubuh,yaitu 0,1 mg per liter (pada minuman) dan 0,2 mg per liter (makanan).

Dia mengungkapkan, ada bahan pengawet lain yang sebetulnya lebih bersahabat daripada formalin. Misalnya chloromethy isopropy carbonate yang telah direkomendasikan oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat. ”Bahan pengawet ini telah dipergunakan sejak 30 tahun lalu,” kata Zainal.
 
Bahan formalin, sebut Zainal, sebenarnya ada di mana-mana, seperti di plastik, kardus, hingga cairan pencuci piring. Bahkan, ikan pun mengeluarkan formalin, tetapi dalam jumlah yang relatif sedikit.

Untuk menghilangkan kandungan formalin pada alat makan, khususnya pada sabun cuci piring, dia menganjurkan Anda untuk membilas peralatan makan sebanyak dua kali. Cara yang lebih baik lagi, lanjut Zainal, dengan mencuci piring menggunakan air yang mengalir. ”Sehingga piring lebih bersih dan kadar formalinnya dapat luntur akibat bilasan air mengalir,”

0 komentar