Senin, 24 Desember 2012

Khitan perempuan melanggar hak asasi manusia?


Khitan tidak hanya dilakukan pada laki-laki, tetapi juga perempuan. Meski sarat praktek budaya, khitan perempuan dipercaya baik untuk kesehatan. Praktek ini bisa dilakukan pada sebagian atau seluruh alat kelamin eksternal perempuan. 

Pro-kontra seputar khitan perempuan

Praktek khitan perempuan sering dianggap melanggar hak asasi manusia. Sejumlah organisasi internasional bahkan tidak bisa berkompromi dengan budaya semacam ini. Alhasil, pro-kontra pun sering bergulir di masyarakat. 

Kapan perempuan dikhitan?

Usia khitan perempuan bisa bervariasi di berbagai negara. Mulai dari bayi hingga dewasa. Lazimnya, khitan akan dilakukan ketika perempuan menginjak masa puber. Namun, ada pula yang melakukannya sebelum menikah atau selama masa kehamilan pertama. Di Mesir, sekitar 90 persen anak perempuan dikhitan antara usia 5 sampai 14 tahun. Sementara itu, di Yaman, khitan dilakukan pada bayi perempuan yang baru berumur 2 minggu.

Di mana sajakah khitan perempuan dipraktekkan?

Khitan perempuan adalah tradisi budaya yang dilakukan di Afrika Tengah, selatan Sahara, dan beberapa bagian Timur Tengah. Hampir setengah dari perempuan yang hidup di Mesir dan Ethiopia telah dikhitan.

Untuk tingkat yang lebih rendah, khitan perempuan juga dipraktekkan di Indonesia, Malaysia, Pakistan, dan India, sebagaimana diberitakan Womenshealth. Tradisi ini juga dipraktekkan oleh sebagian imigran di Australia, Kanada, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan di negara-negara Eropa.

Haruskah perempuan dikhitan?

Khitan perempuan selalu mendatangkan polemik di masyarakat. Apalagi jika berbenturan dengan masalah agama dan budaya. Berikut adalah jawaban Badan Kesehatan Dunia (WHO) terkait khitan perempuan, yang dirilis di situs resmi nya.

1. Khitan perempuan adalah prosedur yang sengaja mengubah atau menyebabkan cedera pada organ genital untuk alasan non-medis.

2. Khitan tidak memiliki manfaat kesehatan untuk perempuan.

3. Khitan dapat menyebabkan pendarahan parah dan masalah buang air kecil, kista, infeksi, infertilitas serta komplikasi dalam persalinan, yang bisa meningkatkan risiko kematian bayi baru lahir.

4. Prosedur ini adalah pelanggaran hak asasi perempuan.

Kontroversi seputar khitan perempuan begitu hangat diperbincangkan. Faktanya, tidak ada bukti medis yang menyatakan bahwa ini baik untuk kesehatan. Sebaliknya, prosedur ini malah membahayakan kesehatan alat vital perempuan. Jadi, haruskah perempuan dikhitan?

0 komentar