Di balik kesuksesan seorang suami, ada seorang istri yang setia mendampingi. Kesuksesan itu semakin dekat ketika istri selalu menyenangkan suami, mendukung, memberi semangat, merawat, dan ada setiap dibutuhkan.
Pada zaman Rasulullah SAW ada istri yang menjadi panutan suaminya. Dia adalah Ummu Dahdah yang dikenal sebagai istri yang tidak pernah marah, dan suka menyenangkan suaminya.
Dia juga andil mendukung setiap usaha yang dilakukan suaminya, yaitu Abu Dahdah Tsabit Dahdah bin Nuaim bin Ghunmin bin Iyyas.
Ketika Rasulullah SAW hijrah menyebarkan agama Rahmatan lil alamin ke bumi Madinah, disambut suka ria oleh masyarakat Madinah. Masyarakat berlomba-lomba hijrah memeluk Islam, dan siap mengorbankan harta, maupun jiwanya untuk Islam.
Termasuk juga Ummu Dahdan bersama suami, dan anak-anaknya menyatakan diri beriman kepada Allah dan Rasulullah.
Tidak hanya memeluk Islam, Abu Dahdah menyatakan dirinya siap berkorban berjihad membantu Rasulullah SAW sebagai tentara kaum Muslimin. Keputusan suaminya ini tidak membuat Ummu Dahdah kesal, apalagi menunjukan sikap kecewa.
Sebagai istri yang selalu menyenangkan suaminya, Ummu Dahdah tersenyum, lalu mendukung keputusan suaminya untuk berjihad.
Ummu Dahdah andil pula mendukung usaha suaminya berupa perkebunan kurma. Dukungan kuat istri yang membuat keuntungan perkebunan semakin melimpah sehingga keluarga ini termasuk kalangan berada di Madinah.
Ketika turun ayat Quran tentang menafkahkan kebun, suami Ummu Dahdah antusias menanyakan kepada Rasulullah. “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.” (QS. Al-Baqarah: 245).
0 komentar
Posting Komentar