
Dari
sebuah perenungan kecil saat berlangsung pesta olahraga Asian Games III
di Tokyo 1958, muncul ide untuk menggelar pertandingan olahraga tingkat
regional. Orang yang memunculkan ide tersebut tidak lain adalah Laung Sukhumanaipradit (nama yang susah diucapkan). Dia saat itu adalah wakil presiden Komite Olimpiade.
Ide
Laung kemudian ditindaklanjuti dengan pertemuan empat negara pada Mei
1958 di Thailand. Pertemuan itu dihadiri wakil dari Burma (Myanmar),
Malaysia, dan Laos. Pertemuan ini intinya mendukung ide Laung untuk
menggelar turnamen olahraga tingkat regional. Saat itu, Asian Games
menjadi unit terkecil turnamen olahraga antarnegara setelah Olimpiade.
Dukungan
terhadap ide Laung ini muncul karena memang keempat negara tersebut
memiliki banyak kesamaan. Mereka punya kondisi perekonomian, budaya,
letak geografis, juga situasi sosial yang hampir sama. Merasa punya
banyak persamaan, mereka lalu sepakat untuk bergabung dalam organisasi
olahraga tingkat regional.
Dari
pertemuan di Thailand itulah lahir kepanitiaan bersama bernama South
East Asian Peninsula (SEAP) Games Federastion. Kepanitian ini diketuai
oleh Jenderal Prabhas Charusatiara dari Thailand dan wakilnya dipilih
Luang. Sekjen SEAP saat itu ditunjuk Dr Kayla Israsena.
Seperti tertulis di www.olympics.org.my,
panitia bersama inilah yang kemudian menggagas lahirnya turnamen
bernama SEAP Games. Putaran pertama SEAP Games berlangsung di Thailan
tahun 1959 dan dibuka oleh Raja Bhumibol Adulyadej. Waktu itu, 12 cabang
olahraga dipertandingkan dan pesertanya keempat negara tersebut. Meski
anggotanya baru empat negara, simbol SEA Games sudah berupa enam ring
yang saling terangkai.
Saat
itu, Indonesia masih bergabung dalam Asian Games. Keributan terjadi
pada Asian Games di Jakarta tahun 1962. Saat itu Presiden Soekarno
melarang keikutsertaan Republik Rakyat Cina (RRC) dan Israel dalam Asian
Games. Pelarangan ini didasarkan pada sikap RRC yang tidak mau mengakui
Taiwan dan Israel yang menjajah Palestina.
Atas
sikapnya ini, Indonesia diskors dan dilarang ikut Olimpiade Tokyo tahun
1964. Putusan yang keluar tahun 1962 ini membuat Indonesia keluar dari
Komite Olimpiade Internasional dan menyatakan lembaga tersebut sebagai
antek imperialis. Pada November 1963 Indonesia membuat turnamen
tandingan bernama Games of the Emerging Forces (Ganefo).
Setelah
SEAP Games VII di Singapura tahun 1973, usul untuk memperluas
keanggotaan disampaikan Malaysia. Untuk mendung usul ini, Malaysia siap
menjadi tuan rumah ajang tersebut di Brunei. Dari ide perluasan inilah
Indonesia bersama Filipina lalu bergabung pada 5 Februari 1977.
Indonesia diwakili oleh Ferry Sonneville dan Filipina diwakili Kolonel
Nereo Andolong.
Setelah
Indonesia dan Filipina bergabung SEAP Games IX yang berlangsung di
Kuala Lumpur tahun 1977, berubah nama menjadi SEA Games IX. Tahun 1979,
Indonesia pertama kali menjadi tuan rumah SEA Games X.
0 komentar
Posting Komentar