Kamis, 12 April 2012

Cara Salah Mengatasi Obesitas


REPUBLIKA.CO.ID--Dina (34 tahun) telah mencoba banyak cara untuk bisa melangsingkan tubuhnya. Ia pernah akupuntur, diet berdasarkan golongan darah, hingga mengonsumsi teh hijau. "Berhasil sesaat tapi kemudian melar lagi," keluhnya. Trik menurunkan berat badan sebetulnya sederhana. Standarnya cukup dengan pengaturan makan dan olahraga. Persoalannya, kedua langkah tersebut sukar diterapkan. "Terutama, mengontrol makan," cetus dr Samuel Oetoro MS SpGK.

Tak heran jika perusahaan farmasi berlomba menawarkan bantuan untuk mengerem nafsu makan. Apalagi, obesitas merupakan penyakit dengan faktor genetik. Indeks Massa Tubuh yang lebih dari 25 itu tidak terjadi tunggal karena kesalahan karakter saja."Oleh karenanya diperlukan obat yang dapat dikonsumsi dalam jangka panjang untuk memerangi obesitas," ucap dokter ahli gizi klinis tersebut.

Pabrikan farmasi menjanjikan obat produksinya dapat menurunkan berat badan secara menakjubkan. Itulah yang membuat masyarakat tergiur. "Tetapi, mereka belum tentu mengantongi izin dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)," imbuh Samuel.

Apa perlunya izin tersebut? Dra Endang Woro MSc menegaskan itu penting untuk menjamin obat pelangsingan yang beredar aman, berkhasiat, dan bermutu. "Masyarakat harus kritis, teliti membaca indikasi dan menaati aturan pakai untuk menghindari efek yang tidak diinginkan," tutur Direktur Penilaian Obat dan Produk Biologi BPOM. Endang mengimbau masyarakat untuk tidak membeli obat penurun berat badan secara bebas. Sebab, produk farmasi yang satu ini tergolong obat keras. Kontra indikasinya tidak ringan, terutama pada jatung dan pembuluh darah. "Anda harus memperolehnya di bawah pengawasan dokter."

Alternatif

Di toko obat ataupun apotek, banyak produk yang dipasarkan dengan klaim dapat menurunkan berat badan. Baca labelnya dengan cermat agar tidak menyesal mengeluarkan dana besar untuk membelinya. "Hindari produk yang membuat frekuensi buang air kecil dan/atau buang air besar menjadi meningkat," dr Johanes Chandrawinata MND SpGK mengingatkan.

Produk seperti teh pelangsing bersifat diuretik. Begitu dikonsumsi, ia akan memicu tubuh mengeluarkan cairan. Otomatis, angka timbangan pun berkurang setengah sampai dua kilogram dalam satu hari. "Tubuh manusia mayoritas terdiri dari air."

Jika diminum berkelanjutan teh pelangsing dapat membuat orang terkena dehidrasi. Organ vital pun terancam kekurangan pasokan cairan. "Ujungnya, gangguan ginjal," cetus Johanes.

Selain teh pelangsing, jauhi juga berbagai merek suplemen fat burner yang tinggi kafein. Kandungan kanfein dapat meningkatkan tekanan darah dan gangguan irama jantung. "Orang yang mengonsumsi berisiko terkena serangan jantung atau stroke," urai Johanes.

Bagaimana dengan carbohidrat blocker? Johanes melihat suplemen ini hanya tepat untuk digunakan oleh diabetesi. "Sifatnya carb blocker menghambat penyerapan gula setelah makan." Suplemen, lanjut Johanes, biasanya ditawarkan dengan harga yang tak pula murah. Namun, tidak efektif untuk membantu menurunkan berat badan. "Coba saja lihat kemasannya pasti tetap ada anjuran untuk menjaga pola makan dan melakukan aktivitas fisik." ed: nina chairani Indeks Massa Tubuh besitas meruO pakan kele bihan lemak tubuh. Seseorang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 25 tergolong obesitas.

0 komentar