Sabtu, 02 Maret 2013

Mereka lembut namun mematikan


Keterlibatan perempuan dalam militer mulai diperhitungkan berbagai negara di dunia. Banyak negara ramai-ramai merekrut anggota wanita dan mereka pun memperlihatkan kemampuan yang membuat kaum adam membelalakkan mata.

Masih lekat dalam ingatan ketika Ann Dunwoody Elizabeth memperoleh bintang empat dalam karir militernya pada 2008. Dia perempuan pertama dalam sejarah Amerika Serikat yang mencapai posisi jenderal. Elizabeth saat ini tergabung di bagian logistik angkatan darat Negara Adidaya itu. Meski awalnya pemerintah Amerika tidak mengizinkan perempuan turun di medan pertempuran, faktanya banyak dari mereka dikirim ke daerah konflik seperti Irak dan Afghanistan, terutama saat mantan Presiden George Walker Bush berkuasa.

Januari tahun ini akhirnya mantan Menteri Pertahanan Amerika Leon Panetta mencabut larangan itu dan mengatakan perempuan sudah membuktikan kemampuannya dalam militer satu dekade terakhir.

Meski jumlah jenderal perempuan masih sedikit yakni 28 orang di angkatan udara dari 315 orang dan hanya dua dari 91 jenderal di angkatan laut menurut perhitungan dua tahun lalu namun ini membuktikan mereka mampu bersaing dengan lelaki, seperti dilansir kantor berita Reuters 

Setali tiga uang dengan Amerika. Israel belakangan malah mengandalkan pasukan perempuan dalam tugas khusus dengan pertimbangan mereka lebih disiplin, aktif, cepat mengambil keputusan tepar, dan mampu menjalankan tugas membutuhkan kesabaran tingkat wahid. Salah satu tim militer paling ditakuti yakni Mor.

Tim Mor unit pengintai pemerintah Zionis yang seluruh anggotanya perempuan. Kelompok ini bertugas di perbatasan Israel-Mesir dan kerap menjalankan aksi di malam hari. Tugas utama mereka mencegah penyusup Palestina masuk lewat Gurun Sinai, seperti dilansir kantor berita Reuters . Mantan juru bicara militer Israel Ruth Yaron mengatakan di beberapa hal perempuan lebih unggul. Mereka bisa membuat strategi jangka panjang, "Jarang ditemui pada tentara laki-laki," ujarnya.

Bahkan saat ini intelijen perempuan jumlahnya mencapai lebih dari setengah total pasukan yang ada meski unit pasukan tempur masih didominasi kaum adam namun ini membuktikan kemampuan mereka tidak bisa diremehkan.

Jangan lupakan nama Laila Khalid merupakan perempuan pejuang Palestina paling tersohor sebab pernah membajak pesawat membawa kepala intelijen militer Israel saat itu, Ahron Yarev, pada 1969. Pesawat itu harusnya melandas di Ibu Kota Amman, Yordania, namun pilot membawa mereka ke Ibu Kota London, Inggris. Ini mengakibatkan kematian rekannya dari Nikaragua, Patrick Aurguillo.

Dibutuhkan nyali sangat besar dan kecerdasan super untuk bisa masuk dalam pesawat itu. Dia tertangkap dan dipenjara hingga akhirnya dibebaskan sebab pertukaran tawanan.

Sejatinya keterlibatan perempuan bukan hanya di era modern. Pada perang masa lalu kaum hawa ikut angkat senjata bahkan beberapa diantaranya menjadi panglima tertinggi. India mencatat nama Lakshmibai, ratu dari wilayah Jhansi yang dengan gagah berani melawan penjajahan Inggris atas tanah Negeri Hindustan itu.

Paling tersohor yakni Joan of Arc dari Prancis. Dia terkenal menggunakan strategi melawan penjajah Inggris dan Burgundi dengan cara frontal dan keras. Dia membangkitkan semangat pasukan Raja Charles VII dan juga meraih gelar santo atau orang suci dari Negeri anggur itu.

Saat berlangsung Perang Dunia II, ada pula satu nama tersohor yakni Roza Shanina. Dia masuk dalam jajaran militer angkatan darat bekas negara Uni Sovyet. Shanina bukan sembarang perempuan lantaran mengemban amanat cukup disegani yakni penembak jitu. Dari 400 ribu kaum hawa tergabung di pasukan bersenjata, Shanina lah paling dicari pihak sekutu. Sejarah menuliskan tembakan dilepas dari senapannya tidak pernah meleset dan berhasil membunuh tokoh tokoh penting kubu lawan.

Jadi amat sangat salah memandang perempuan dengan sebelah mata. Kemampuan kaum hawa semakin berbahaya dan mereka bisa jadi menjadi ujung tombak membela harga diri sebuah negara.

0 komentar