Kamis, 22 Agustus 2013

Mengenal upacara ngaben di bali

Upacara ngaben di bali merupakan upacara pembakaran jenazah atau kremasi umat hindu di bali. Upacara ngaben di bali juga merupakan suatu ritual yang dilakukan bertujuan mengirim jenasah pada kehidupan mendatang. Kata Ngaben sendiri mempunyai pengertian bekal atau abu yang semua tujuannya mengarah tentang adanya pelepasan terakhir kehidupan manusia. Dalam ajaran Hindu Dewa Brahma mempunyai beberapa ujud selain sebagai Dewa Pencipta Dewa Brahma dipercaya juga mempunyai ujud sebagai Dewa Api. Jadi upacara ngaben di bali sendiri adalah proses penyucian roh dengan cara dibakar menggunakan api. Pada saat akan dilaksakan upacara ngaben di bali jenasah diletakkan dengan posisi tertidur, uniknya upacara ngaben di bali tidak senantiasa dilakukan dengan segaera. Bagi warga yang berkasta tinggi, sangatlah wajar melakukan ritual ini dalam waktu 3 hari. Tetapi untuk anggota kasta yang rendah, jenasah terlebih dahulu dikuburkan sebelum di ngaben.

Beberapa hari sebelum upacara ngaben di bali dilakukan keluarga dibantu oleh masyarakat akan membantu proses upacara ngaben seperti “bade dan lembu” yang sangat mewah terbuat dari kayu, kertas warna-warni serta bahan bahan yang memang dibutuhkan. “bade dan juga lembu” ini merupakan wadah jenasah yang akan di persiapkan saat upacara ngaben di bali berlangsung. Adapun api yang dipakai dalam upacara ngaben di bali ini terbagi jadi dua kategori api, yaitu, api sekala ( kongkrit/nyata ) serta api niskala ( abstrak/tak nyata ). api sekala yaitu api yang memang nyata digunakan untuk membakar tubuh sang jenasah sampai menjadi abu. perbedaannya dengan api niskala adalah api tidak kasat yang mempunyai tujuan untuk membakar kekotoran serta dosa-dosa yang melekati roh. sistem membakar kotoran serta dosa-dosa ini sendiri dimaksud dengan arti mralina. diantara dua kategori api dalam upacara ngaben di bali itu, nyatanya yang lebih tinggi nilainya serta mutlak penting yaitu api niskala atau api praline yang tampak dari sang sulinggih. sang sulinggih ( sang muput ) akan memohon pada dewa siwa supaya turun memasuki badannya ( siwiarcana ) untuk melaksanakan pralina.

Mayat yang telah dimandikan serta mengenakan pakaian tersebut diletakan didalam “bade/keranda” lantas di usung beramai-ramai, seluruh anggota keluarga serta masyarakat berbaris di depan “bade/keranda”. sepanjang dalam perjalanan menuju area upacara tersebut, apabila ada persimpangan atau pertigaan, bade/keranda akan diputar putar sebanyak tiga kali, ini dilakukan supaya arwah bingung serta tidak kembali lagi, arak arakan yang menghantar kepergian jenazah diiringi bunyi gamelan, kidung suci. pada sisi depan serta belakang bade/keranda yang di usung ada kain putih yang memiliki arti sebagai jembatan penghubung untuk sang arwah supaya bisa sampai ketempat asalnya.

Berikut foto foto upacara adat ngaben yang telah berlangsung di bali





0 komentar