Senin, 28 Mei 2012

Aspal Rupanya Termasuk Peradaban Kuno

Aspal termasuk salah satu unsur pengeras lapisan tanah yang digunakan mayoritas jalan di dunia ini. Amerika Serikat mengklaim 96 persen jalannya sudah dikeraskan dengan aspal. Beberapa negara maju yang lainnya juga terus berupaya agar seluruh jalannya diaspal. Jutaan kilometer jalanan di dunia ini sudah dikeraskan dengan material berwarna hitam itu.

Laura Ingalls Wilder, pengarang cerita Little House on the Prairie pernah mengungkapkan kisahnya tentang aspal. Di kisahkan perjalannya berama orang tua di tahun 1894 ke Topeka, negara bagian Kansas, Amerika Serikat. Di tengah kota itu, dia melihat jalan yang sudah berlapis materi hitam yang halus dan membuat roda kendaraan bergerak mulus.

“Ini seperti lapisan tar, tapi bukan tar. Ini juga seperti lapisan karet, tapi ayah saya yakin bahwa itu bukan karet, karena terlalu mahal biaya untuk melapis jalanan dengan karet,” begitu tulis Laura di hotmix.org. Lapisan jalan yang dimaksudkan Laura dalam tulisan tersebut tidak lain adalah aspal. Di negara tersebut, aspal punya peran sangat penting dalam mempercepat proses laju sejarah.

Tentu bukan hanya di Amerika, peran aspal dalam mendorong perubahan cepat peradaban juga pasti terjadi di wilayah lain. Logikanya sangat sederhana. Dengan ditemukannya aspal, jalanan menjadi mulus dan kendaraan bisa bergerak lebih cepat. Bersamaan dengan itu, teknologi kendaraan juga terus dibenahi. Hasilnya, manusia bisa lebih cepat dan mudah berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain. Lingkup interaksi manusia menjadi lebih luas, dan kemajuan peradaban pun terakselerasi.

Penggunaan aspal untuk menghaluskan jalan, menurut hotmix.org, mulai dikenal pada era Babilonia, sekitar 625 tahun sebelum masehi. Saat ini, wilayah Babilonia kurang lebih berada di wilayah Irak. Wilayah ini membentang di antara Sungai Eufrat dan Sungai Tigris.

Penggunaan aspal untuk mengeraskan jalan dikenalkan pada masa kepemimpinan Rasa Naboppolassar. Buku In A Century of Progress: The History of Hot Mix Asphalt yang diterbitkan tahun 1992 mencatat bahwa jalan aspal di Babilonia terbangun dari istana raja hingga tembok utara kota. Jalan itu didasari batu bata merah, dan bagian atasnya dilapis aspal.

Dari Babilonia, peradaban aspal ini kemudian meluas ke Yunani. Kata aspal sendiri berasal dari bahasa Yunani ‘aspaltos’ yang berarti aman. Kemudian di Romawi, kata ini di adaptasi menjadi ‘asphaltus’ yang maknanya juga aman.

Hingga abad pertengahan, aspal terus digunakan semakin luas. Pada tahun 1595, Sir Walter Raleigh mengungkapkan adanya pusat aspal di pulau Trinidad, lepas pantau Venezuela. Dia sendiri biasa menggunakan aspal untuk mendempul kapalnya supaya tidak mudah bocor.

Memasuki tahun 1717, aspal mulai umum digunakan di Eropa. John Metcalf yang lahir tahun 1717, misalnya membangun jalan aspal sepanjang 180 mil di jalan Yorkshire. Dia bangun jalan itu dengan drainase di kanan-kiri dan fonasi jalan dengan batu keras. Kemudian sekitar tahun 1803-1821, Thomas Telford membangun jalan sepanjang 900 mil di Scotlandia. Jalan ini menjadi bukti bahwa di tahun itu aspal sudah digunakan secara luas oleh masyarakat dunia.

Pada perkembangannya, teknologi aspal pun terus dikembangkan. Aspal yang mulanya dilapiskan ke permukaan jalan dalam kondisi panas dan cair, kini mulai dikenal adanya aspal hotmix. Jenis aspal ini dilapiskan ke permukaan jalan dalam bentuk butiran dan sudah tercampur dengan batu-batu kerikil sebagai material pengeras. Penggunaan aspal pun terus meluas.

0 komentar