Kamis, 19 Desember 2013

Anak Bangsa di Balik Kesuksesan Film The Avengers, Iron Man dan Hobbit


Seperti mampu 'menghidupkan' benda-benda mati, kecintaan Rini Sugianto terhadap dunia animasi telah membuahkan kesuksesan di Hollywood. Setelah ikut menggarap film animasi Tintin, Rini, animator Indonesia yang kini tinggal di Wellington, Selandia Baru, kembali menjadi bagian dari tim sukses untuk beberapa film Hollywood yang berhasil menduduki posisi teratas di Box Office.

Sebagai animator papan atas, Rini sendiri mengaku sering didera kejenuhan dalam menjalankan profesinya itu. "Animasi sendiri itu very detail oriented. Saya suka ngerjain something yang detail oriented. Kadang nyapein, cuman it's fun. It's fun ngelihat something yang dari enggak bergerak sampai akhirnya bergerak, terutama kalau orang yang ngelihat enggak bisa bedain apakah itu live action atau 3D," kata Rini yang memperoleh gelar S-1 jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Parahyangan di Bandung ini. Demikian tulis voaindonesia.com.

Sejak 2010, Rini yang juga meraih gelar S-2 jurusan Animasi dari Academy of Art di San Francisco, California, AS, bekerja di perusahaan WETA Digital, milik sutradara Peter Jackson. Awal kepindahan Rini dari AS ke Selandia Baru adalah untuk menggarap film The Adventure of Tintin: The Secret of Unicorn.

"Tahun kemarin lumayan sibuk. Jadi, setelah Tintin, saya ikutan ngerjain film Avengers, setelah itu film Hobbit, November kemarin. Sekarang yang baru akan keluar, yang baru selesai juga, itu Iron Man: 3," kata Rini.

Menurut jadwal, film Iron Man: 3 akan ditayangkan di AS mulai Mei 2014. "Iron Man: 3 itu yang ngerjain bukan hanya WETA aja, jadi company-company lain juga ikutan ngerjain," tambah perempuan kelahiran 1980 ini.

Ikut menggarap film-film Hollywood yang terkenal dan paling dinanti bagi Rini adalah hal yang sangat menyenangkan.

"Senang ya. WETA kebetulan dapat high profile project. Jadi, kita banyak kesempatan untuk ngerjain film-film yang lumayan terkenal dan ditunggu-tunggu sama orang. Yang paling serunya mungkin kita bisa tahu ending filmnya sebelum filmnya hit theater. Jadi, bisa tahu story-nya dulu. Kita bisa lihat behind the scene-nya dan pembuatannya. Kayak film Hobbit itu kan termasuk salah satu film yang ditunggu-tunggu orang banget ya, setelah Lord of the Rings sepuluh tahun lalu. Red carpet-nya kebetulan di Wellington, kita semua satu company ikutan nonton dan satu kota Wellington ini waktu itu benar-benar support banget sama filmnya. Rasanya senang aja kita jadi part of it," ujar Rini.

Walaupun begitu, menggarap film-film animasi terkenal tentunya banyak sekali tantangannya. Berbeda dengan film animasi seperti Tintin yang seluruhnya dikerjakan dengan menggunakan komputer, untuk film Hobbit, Rini dan para animator lainnya harus menggabungkan antara hasil shooting yang telah dilakukan oleh sutradara Peter Jackson sebelumnya dengan animasi yang mereka buat.

"Ruang geraknya sendiri agak-agak terbatas karena kita harus matched sama yang mereka sudah shooting. Dan, pressure-nya tinggi pas Hobbit. Karena itu film yang ditunggu-tunggu jadinya kita benar-benar harus bikin yang bagus," jelas perempuan yang hobi mendaki gunung bersama suaminya ini.

Suasana di Wellington yang merupakan ibu kota dari Selandia Baru itu sendiri juga cukup ramai menjelang penayangan film perdana The Hobbit.

"Mereka benar-benar bersihin kotanya dan meraka taruh sculpture (patung) yang ukuran besar banget di key point di Wellington. Jadi, misalnya mereka bikin sculpture Gollum yang huge banget dan taruh di airport buat orang-orang lihat pas mereka landing. Terus ada huge Gandalf di teater Embassy (teater tempat penayangan perdana film Hobbit). Dan mereka mulai pasang sebulan sebelum premiere-nya," tambah Rini.

Selain sibuk menggarap animasi film, Rini juga sibuk dengan berbagai kegiatan di Indonesia, yang berhubungan dengan profesinya.

"Dari tahun kemarin saya sudah beberapa kali mengadakan seminar di universitas-universitas di Jakarta. Juga saya diajak ke Jakarta untuk ngadain workshop dua hari. Lumayan interesting ya karena salah satu workshop-nya justru lebih ke arah in-depth animation, jadi enggak secara general lagi. Terakhir-terakhir ini kita lebih ke arah education. Kemudian saya juga mengadakan online school. Itu untuk animator-animator Indonesia yang mau belajar lebih dalam lagi tentang animasi. Jadi, saya ngajarnya dari sini (Selandia Baru) dan kita bertemunya online," ucap Rini.

Rini berharap pendidikan animasi di Indonesia bisa terus meningkat.

"Minatnya banyak. Waktu itu saya ngadain workshop juga selalu penuh. Yang datang itu memang benar-benar mau tahu tentang animasi. Tapi, kayaknya sarananya masih belum mencukupi. Sudah mulai banyak jurusan-jurusan animasi, terutama di Jakarta. Tapi, kayaknya masih secara general, jadi belum ada yang benar-benar fokus untuk animasi aja," jelas Rini.

Pesan Rini kepada para animator di Indonesia adalah untuk terus berlatih. "Keep practicing. Yang belakangan ini sering saya lihat, untuk para animator, terutama yang baru-baru mulai belajar, jangan rushing untuk langsung mau ngerjain big sequence, big shot, big animation. Start from basic. Benar-benar kuatin basic-nya. Setelah itu baru mulai ke more complicated shot," ujar Rini.

Untuk ke depannya, Rini akan terus menghasilkan karya yang tentunya bisa dinikmati oleh orang-orang di Indonesia. "Saya belum bisa bilang. Tapi, di akhir tahun kita masih ngerjain Hobbit 2. Sekarang, in between Iron Man: 3 dan Hobbit 2, saya ngerjain salah satu project yang lain, tapi it's a secret right now," papar Rini.



0 komentar