Senin, 28 November 2011

BULAN MUHARRAM



Bulan Muharam terdiri atas 4 huruf, yaitu min, ha, ra, mim dan yang terakhir mim.
A. Mim, ini mengandung makna tersendiri  yaitu mujahadatun nafsi memerangi hawa nafsu).
Dalam kitab syarah al-jaziri menyatakan bahwa : Nafsu jika ia menyerang maka ia laksana musuh. Dengan demikian itu maka wajib untuk memerangi nafsu ini karena  apabila  tidak dapat memerangi hawa nafsu maka  akan menjadi budak nafsu. Sebagaimana kita diserang oleh lawan maka kita wajib melawannya, karena kalau tidak melawan kita akan mejadi tawanannya.
Dalam Al-quran, Allah Swt telah telah berfirman (al-ankabut:6)
Wa man jahada painnamaa yujaahidu linafsihi innallaha laghoniyy ‘anil ‘alaminin
“artinya Barangsiapa berjuang maka sebenarnya ia berjuang  untuk melawan nafsuna sendiri”.
Nafsu ini adalah musuh  besar yang menghalangi kita menuju ke hadrot Illahi. Dan barang siapa yang dapat mengalahakan hawa nafsu maka ia tergolong orng-orang yang beruntung.
Wannafsu kathifli intuhmilhu syabba ‘ala hubbir rodhoo’i wain tapthinhu yanfatimu
artinya:
“Nafsu bagaikan anak kecil
yang jika engkau menurutinya terus-menerus,
maka ia kan terus menyusu bahkan hingga dewasa,
tetapi jika engkau menyapihnya,
maka ia bisa berhenti dan mandiri
Tingkatan nafsu itu ada tujuh: nafsu amarah, lawwamah, mulhamah, muthmainnah, rodiyah, mardhiyah dan  insanul kamil. Penulis tidak akan membahas satu persatu tentang nafsu ini, insya Allah lain kali penulis bahas.
B. Ha, Hifdzul Hurmati (menjaga kehormatan)
Syekh Abdul Qodir Jaelani dalam kitabnya tafrihul khotir dan Ahmad Sohibul Wafa tajul ‘Arifin  (pimpinan thariqot qodiriyah wannaqsabandiyah di ponpesSuryalaya tasikmalaya, dalam kitabnya miftahu shuduur , beliau mengatakan : “ Barangsiapa yang menjaga kehormatan Allah, maka Allah akan menjaga kehormatannya”.
Sayyidina Ali bin Abi thalib karomallahu wajhahu : Dan sesungguhnya manusia tidak akan kufur dengan maksiat tetapi ia dapat menjad kufur dengan sebab meninggalkan kehormatannya.
Oleh karena itu menjaga kehormatan  adalah bagian yang pokok untuk mengenal kita kepada Allah Swt.
C. Ra, Rodiyallah (Ridho Allah).
Al-maidah :119, Allah berfirman :
Allah ridho kepada mereka dan mereka pun ridlo kepada-Nya, itulah kebahagian besar.
Allah mengisyaratkan  dalam al-Quran : artinya
“Seungguhnya Allah telah ridho terhadap orang-orang  mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu dibawah pohon. Maka Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka, lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi bantuan kepada mereka dengan kemenangan yang deka (waktunya). Serta harta rampasan yang banyak dan dapat mereka ambil. Dan adalah Allah Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Istilah bai’at disini adalah talqin dzikir yaitu menanamkan kalimat tauhid, kalimat ikhlas, kalimat agung, kalimat afdhol yaitu kalimat Laa ilaaha illallaah oleh . Dan yang dimaksud “pohon” disini adalah  pohon al-Qur’an, yaitu Laa ilaaha illallaah. Hal ini bisa dilihat dari firman Allah QS.Ibrohim:24-24.
Artinya :
“Tidakah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. pohon ini memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat”.
D. Mim, Mahabbatullah (Mencintai Allah)
Ibnu Athoilah berkata,” Tidaklah kamu mencintai sesuatu kecuali kamu menjadi hamba baginya, dan dia tidak ingin kamu menghamba kepada selain-Nya”
Rasulullah Saw bersabda:
“Tidak sempurna iman seseorang diantara kamu, hingga aku lebh ia cintai dari anaknya, orang tuanya, dan sekalian manusia” (HR. Ahmad sepakat juga Turmudzi, Nas’i Ibnu Majah dari Anas, Shohih)
Juga dalam Firman Allah ditegaskan : “Katakanlah jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, maka Allah akan mengasihimu”.( QS.Ali Imron:31)
Dalam firman yang lain (QS.Al-Hasyr:7) :
Artinya : “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka ambilah, dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah”. Dirujuk dari kitab Fadhailus syuhuur karya KH.muhammad Abdul ghaust saeful al maslul dan K.H.Muhammad Zaein abidin bajul asyhab

0 komentar