Senin, 16 Juni 2014

Rumah Gadang, Simbol Matrilineal Adat Minang



Rumah Gadang di Sumatera Barat adalah rumah induk suku atau rumah adat Minangkabau yang di latar-belakangi kehidupan mereka setiap hari. Sebagai sebuah bangunan, rumah gadang sekarang tidak sebanyak di masa lalu.

Akan tetapi, sebagai simbol kekuatan adat matrilineal dan Nagari berninik mamak, orang-orang Minang terus datang kembali untuk “Rumah gadang.”

Ini adalah ranah Minang yang membuat Zainuddin, seorang tokoh dalam buku berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, tersiksa lahir bathin karena ditolak oleh tetua keluarga Hayati, kekasihnya. Zainuddin mengerang, perasaan terbuang seorang anak yang tidak dikenali dan tidak diakui dikarenakan adat Minang. Ayahnya seorang Minang, tapi bukan ibunya, oleh karena itu, jika mengikuti aturan garis matrilineal kekerabatan ibu, Zainuddin bukanlah orang Minang.

Seperti halnya di rumah gadang setiap orang, walaupun anak-anaknya sendiri, seorang laki-laki adalah “tamu“. Pada usia pubertas, anak laki-laki harus hidup merantau. Ia akan “dituntut” bermigrasi dan memperbesar potensi warisan, bekerja atau belajar di luar suku, di luar masyarakat. Posisi suami di rumah gadang adalah “tamu kehormatan” atau Urang Sumando. Suami seperti halnya abu diatas tungku yang sangat lemah kedudukannya, sehingga ketika diyiup maka abu beterbanganlah ke udara.


Posisi Mamak di rumah gadang, yaitu saudara atau saudari ibu, sebaliknya sangat kuat, meskipun ia tidak berhak mewarisi properti warisan, seperti halnya tanah dan rumah.

Ada beberapa ciri yang membedakan rumah gadang dari satu daerah ke daerah lain, seperti tangga menuju pintu masuk rumah dan platform tidak atau pada kedua sisi dari rumah.

Di Kabupaten Limapuluh Kota, pintu masuk rumah gadang berada sisi kanan atau dekat dengan platform/anjungan di sisi kanan.


Rumah Gadang, Simbol Matrilineal Adat Minang, ©Wikipedia
Meskipun terdapat beberapa karakteristik yang membedakan, rumah gadang bermakna sama bagi orang-orang Minangkabau, yaitu: “rumah perempuan”. Bahkan, ketika banyak generasi muda yang membangun rumah modern, sifat rumah gadang tidak ditinggalkan.

Banyak rumah gadang Minangkabau terlihat kosong karena banyak yang ditinggal merantau. Namun, saat Lebaran tiba, masyarakat Minang memiliki adat Basamo yang artinya Pulang ke rumah gadang,
ke rumah ibu…
Nagari asal.



source

0 komentar